Search

Rabu, 28 April 2010

Human Immunodeficiency Virus

A. Virus HIV

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.

B. Penyakit AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

C. Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV AIDS
- Darah
Contoh : Tranfusi darah, terkena darah hiv+ pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb
- Cairan Semen, Air Mani, Sperma dan Peju Pria
Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb.
- Cairan Vagina pada Perempuan
Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dll.
- Air Susu Ibu / ASI
Contoh : Bayi minum asi dari wanita hiv+, Laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan lain sebagainya.

Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :
- Air liur / air ludah / saliva
- Feses / kotoran / tokai / bab / tinja
- Air mata
- Air keringat
- Air seni / air kencing / air pipis / urin / urine

Tambahan :
Jangan mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.

Human Papillomavirus (HPV)

Human Papillomavirus (HPV)

Apa HPV Itu?

Ada lebih dari seratus virus yang dikenal sebagai virus papiloma manusia (human papilloma virus/HPV). Virus tersebut lazim ditemukan. Satu penelitian menemukan HPV pada 77% perempuan HIV-positif. HPV menular dengan mudah melalui hubungan seks. Diperkirakan 50% orang yang aktif secara seksual yang berusia 15-49 tahun di AS mengalami sedikitnya satu jenis infeksi HPV. Statistik untuk Indonesia belum diketahui.

Berbagai jenis HPV menyebabkan kutil, umumnya pada tangan atau kaki. Infeksi pada tangan dan kaki biasanya tidak menular melalui hubungan seks. Beberapa jenis HPV dapat menyebabkan kutil kelamin pada penis, vagina dan dubur. Odha dapat mengalami luka yang lebih buruk di dubur dan daerah rahim. HPV juga dapat mengakibatkan masalah pada mulut atau pada lidah dan bibir. Jenis HPV lain dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal yang disebut displasia. Displasia dapat berkembang menjadi kanker dubur pada laki-laki dan perempuan, dan kanker leher rahim (cervical cancer), atau kanker penis.

Displasia di sekitar dubur disebut neoplasia intraepitelial anal (anal intraepithelial neoplasia/AIN). AIN adalah perkembangan sel baru yang tidak normal pada lapisan dubur. Displasia pada daerah leher rahim disebut neoplasia intraepitelial serviks (cervical intraepithelial neoplasia/CIN). Tampaknya AIN dan CIN lebih umum pada Odha dibanding orang HIV-negatif.

Bagaimana HPV Ditemukan?

Banyak orang mempunyai infeksi HPV tanpa diketahui. Infeksi HPV dapat hilang tanpa menyebabkan masalah. Untuk menemukan HPV, dokter mencari displasia atau kutil kelamin.

Tes Pap (Pap smear) dipakai untuk memeriksa leher rahim perempuan. Tes ini juga dapat dipakai untuk memeriksa dubur laki-laki dan perempuan. Kain penyeka diusap pada daerah yang ingin diperiksa, untuk memungut beberapa sel. Sel ini dilumuri pada kaca dan diperiksa dengan mikroskop. Sel diperiksa untuk kelainan yang mungkin menunjukkan perubahan abnormal pada sel, misalnya displasia atau kanker leher rahim.

Pada 2009, FDA AS menyetujui dua tes yang memakai contoh yang diambil oleh tes Pap. Tes ini mencari tipe HPV yang dikaitkan dengan masalah kesehatan.

Displasia dapat dideteksi dengan tes Pap.

Beberapa peneliti menganggap bahwa tes Pap pada dubur dan leher rahim sebaiknya dilakukan setiap tahun untuk orang yang berisiko lebih tinggi:
Orang yang menerima seks anal (penis masuk pada duburnya)
Perempuan yang pernah mengalami CIN
Siapa pun dengan jumlah CD4 di bawah 500

Namun peneliti lain menganggap pemeriksaan fisik dengan teliti dapat menemukan semua kasus kanker dubur yang ditemukan melalui tes Pap pada dubur.

Kutil kelamin dapat muncul antara beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah seorang terinfeksi HPV. Kutil dapat kelihatan seperti benjolan kecil. Kadang kala, kutil ini dapat menjadi lebih penuh dengan daging dan kelihatan seperti kembang kol. Semakin lama, kutil dapat menjadi semakin besar.

Umumnya, dokter dapat menentukan apakah kita mempunyai kutil kelamin dengan melihatnya. Kadang kala alat yang disebut anoskop dipakai untuk memeriksa daerah dubur. Jika perlu, contoh kutil dipotong dan diperiksa dengan mikroskop. Ini disebut biopsi.

Jenis HPV yang menyebabkan kutil kelamin tidak sama dengan jensi virus yang menyebabkan kanker. Tetapi jika kita mempunyai kutil, kita mungkin juga terinfeksi jenis HPV lain yang dapat menyebabkan kanker.

Apakah Infeksi HPV Dapat Dicegah?

Tidak ada cara yang mudah untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HPV. Orang yang tidak menunjukkan tanda atau gejala infeksi HPV tetap dapat menularkan infeksinya.

Kondom tidak mencegah penularan HPV secara keseluruhan. Virus ini dapat menular melalui hubungan langsung dengan daerah kulit yang terinfeksi yang tidak diliputi oleh kondom.

Laki-laki dan perempuan yang aktif secara seksual mungkin sebaiknya melakukan tes Pap secara berkala pada vagina dan/atau dubur untuk mencari sel yang abnormal atau tanda awal kutil. Hasil positif dapat ditindaklanjuti untuk mengetahui apakah pengobatan dibutuhkan.

Vaksin bernama Gardasil untuk mencegah beberapa jenis HPV disetujui di AS pada 2006. Pada 2009, sejenis vaksin lain, Cervarix, disetujui. Vaksin ini sebaiknya dipakai pada orang sebelum mereka menjadi aktif secara seksual. Namun vaksin tersebut belum diuji coba atau disetujui untuk orang terlanjur terinfeksi HPV.

Bagaimana Infeksi HPV Diobati?

Belum ada pengobatan langsung untuk infeksi HPV. Sistem kekebalan tubuh dapat “memberantas” (alias menyembuhkan) infeksi HPV. Namun orang tersebut dapat tertular lagi. Displasia dan kutil dapat dicabut. Ada beberapa cara untuk melakukan ini:
Membakarnya dengan jarum listrik (kauterisasi listrik) atau laser.
Membekukannya dengan nitrogen cair.
Memotongnya secara bedah.
Mengobatinya dengan zat kimia. Asam triklorasetik (TCA) efektif untuk beberapa orang.

Pengobatan lain yang kurang lazim untuk kutil termasuk obat 5-FU (5-fluorourasil) dan interferon alfa. 5-FU berbentuk krim. Suatu obat baru, yaitu imikuimod, disetujui di AS untuk mengobati kutil kelamin. Sidofovir, yang aslinya dikembangkan untuk mengobati virus sitomegalo (CMV) mungkin juga dapat membantu memerangi HPV.

Infeksi HPV dapat bertahan lama, terutama pada orang terinfeksi HIV. Displasia dan kutil dapat kambuh. Penyakit ini sebaiknya diobati sesegera mungkin untuk mengurangi kemungkinan penyebaran atau kambuh.

Garis Dasar

Virus papiloma manusia (HPV) adalah virus yang cukup lazim. Jenis HPV yang berbeda menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia) dalam atau di sekitar leher rahim atau dubur. Pertumbuhan sel tidak normal ini dapat menyebabkan kanker leher rahim atau dubur. Infeksi HPV pada alat kelamin disebarkan melalui hubungan seks.

Infeksi HPV dapat bertahan lama, terutama pada Odha.

Tes Pap dapat menemukan pertumbuhan sel yang tidak normal pada leher rahim. Tes ini juga dapat dipakai untuk memeriksa dubur laki-laki dan perempuan. Walaupun tes Pap tampaknya cara terbaik untuk menemukan kanker leher rahim secara dini, pemeriksaan fisik dengan hati-hati mungkin adalah cara terbaik untuk menemukan kanker dubur.

Tanda infeksi HPV – kutil atau displasia – sebaiknya diobati sesegera mungkin setelah dideteksi. Kalau tidak, masalah dapat menjadi lebih besar dan lebih mungkin kambuh setelah diobati.

Kamis, 08 April 2010

Hepatitis C

Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C.[1] Infeksi virus ini dapat menyebabkan peradangan hati (hepatitis) yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis hati dan kanker hati.

Virus hepatitis C menyebar dengan kontak darah-ke-darah dari darah seseorang yang terinfeksi. Gejala dapat secara medis ditangani, dan proporsi pasien dapat dibersihkan dari virus oleh pengobatan anti virus jangka panjang. Walaupun intervensi medis awal dapat membantu, orang yang mengalami infeksi virus hepatitis C sering mengalami gejala ringan, dan sebagai sebab dari tidak melakukan perawatan.[1] Diperkirakan 150-200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi hepatitis C. Di Amerika Serikat, orang dengan sejarah penggunaan jarum suntik, penggunaan narkoba, tato atau yang telah diekspos menuju darah melalui seks tidak aman yang meningkatkan risiko penyakit ini. Hepatitis C adalah akibat dari transplantasi hati di Amerika Serikat.

Rabu, 07 April 2010

Virus Hepatitis B

I. PENDAHULUAN
Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan didunia dan
dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Hal
ini karena selain prevalensinya tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan
problema pasca akut bahkan dapat terjadi cirroshis hepatitis dan karsinoma
hepatoseluler primer. Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi
kronik dan 20 % penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak
tertular akan mengalami cirroshis hepatis dan karsinoma hepatoselluler
(hepatoma). Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi
pada usia balita dimana respon imun belum berkembang secara sempurna.
Pada saat ini didunia diperkirnkan terdapat kira-kira 350 juta orang
pengidap (carier) HBsAg dan 220 juta (78 %) diantaranya terdapat di Asia
termasuk Indonesia. Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor
darah di Indonesia prevalensi Hepatitis B berkisar antara 2,50-36,17 %
(Sulaiman, 1994). Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada
bayi dan anak, diperkirakan 25 -45,g% pengidap adalah karena infeksi perinatal.
Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B
dan termasuk negara yang dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya
pencegahan (Imunisasi).
Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui darah/darah
produk yang mempunyai konsentrasi virus hepatitis B yang tinggi, melalui
semen, melalui saliva, melalui alat-alat yang tercemar virus hepatitis B seperti
sisir, pisau cukur, alat makan, sikat gigi, alat kedokteran dan lain-lain. Di
Indonesia kejadian hepatitis B satu diantara 12-14 orang, yang berlanjut menjadi
hepatitis kronik, chirosis hepatis dan hepatoma. Satu atau dua kasus meninggal
akibat hepatoma.
Mengingat jumlah kasus dan akibat hepatitis B, maka diperlukan
pencegahan sedini mungkin. Pencegahan yang dilakukan meliputi pencegahan
penularan penyakit penyakit hepatitis B melalui Health Promotion dan
pencegahan penyakit melalui pemberian vasinasi. Menurut WHO bahwa
pemberian vaksin hepatitis B tidak akan menyembuhkan pembawa kuman
(carier) yang kronis, tetapi diyakini 95 % efektif mencegah berkembangnya
penyakit menjadi carier.
Tujuan tulisan ini adalah untuk menggambarkan penyakit hepatitis B,
epidemiologi, cara penularan dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar
kasus hepatitis tidak meningkat.
II. EPIDEMIOLOGI HEPATITIS B
2.1. ETIOLOGI DAN MASA INKUBASI BEP A TmS B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali
ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen
Australia. Virus ini termasuk DNA virus.
Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut
"Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus
partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti
terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg).
Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan menurut sifat imunologik
proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan
ayr. Subtipe ini secara epidemiologis penting, karena menyebabkan perbedaan
geogmfik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa
inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari.
2.2. SUMBER DAN CARA PENULARAN VIRUS HEPATITIS B
2.2.1. Sumber Penularan Virus Hepatitis B.
Dalam kepustakaan disebutkan sumber penularan virus Hepatitis B
berupa:
! Darah
! Saliva
! Kontak dengan mukosa penderita virus hepatitis B
! Feces dan urine
! Lain-lain: Sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang
terkontaminasi virus hepatitis B. Selain itu dicurigai penularan melalui
nyamuk atau serangga penghisap darah.
2.2.2. Cara penularan virus Hepatitis B
Penularan infeksi virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu :
a. Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya
melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus
hepatitis B dan pembuatan tattoo
b. Non Parenteral : karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar
virus hepatitis B.
Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2 cara penting
yaitu:
a. Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang
HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa
perinatal. Resiko terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi antar
negara satu dan lain berkaitan dengan kelompok etnik.
Data mengenai prevalensi HBsAg pada wanita hamil di beberapa daerah di
Indonesia (tabel 1).
b. Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang
pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya, misalnya: melalui
hubungan seksual.
Tabel 1. Prevalensi HbsAg pada wanita hamil dibeberapa tempat di
Indonesia
DAERAH JUMLAH IBU HbsAG (%) PENELITI
Surabaya 1016 4,6 Edison1989
Denpasar 569 2,46 Montessori 1991
1552 2,58 Surya 1991
Mataram 3078 3,8 Soewignyo 1993
Solo 1800 3,4 Suparyanto 1993
2.3. FAKIOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA HEPATITIS B
2.3.1. Faktor Host (Penjamu)
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor penjamu
meliputi:
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada
bayi dan anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan
bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis,
pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%
(Markum, 1997). Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam
jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B
dibanding pria.
c. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering
terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis
B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini
karena sistem imun belum berkembang sempurna.
d. Kebiasaan hidup
Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas
seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika
suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
e. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter,
dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi,
petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak
dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).
2.3.2. Faktor Agent
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus
Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg.
Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe
yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam
penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan Australia.
Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi
di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang
dan China.
2.3.3. Faktor Lingkungan
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi
perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah:
! Lingkungan dengan sanitasi jelek
! Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi
! Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
! Daerah unit laboratorium
! Daerah unit bank darah
! Daerah tempat pembersihan
! Daerah dialisa dan transplantasi.
! Daerah unit perawatan penyakit dalam
2.4. PATOLOGI HEPATITIS B
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus
Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar
kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma
VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya
nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam inti asam nukleat VHB
akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan
berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan gel hati
untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan
virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya
kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita
terhadap infeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi
keadaan karier sehat.
Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah
sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel
hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif)
terjadi hepatitis akut fulminan.
Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas
didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis
kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan
nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis
yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif.
2.5. MANIFESTASI KLINIS HEPATITIS B
Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis
hepatitis B dibangi 2 yaitu :
1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu
yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus
hepatitis B dari tubuh kropes.
Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu :
a. Hepatitis B akut yang khas
b. Hepatitis Fulminan
c. Hepatitis Subklinik
2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu
dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk
menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB.
! Hepatitis B akut yang khas
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran ikterus yang jelas.
Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :
1. Fase Praikterik (prodromal)
Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas, demam tinggi, anoreksia,
mual, nyeri didaerah hati disertai perubahan warna air kemih menjadi gelap.
Pemeriksaan laboratorium mulai tampak kelainan hati (kadar bilirubin serum,
SGOT dan SGPT, Fosfatose alkali, meningkat).
2. Fase lkterik
Gejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai hepatomegali dan
splenomegali. timbulnya ikterus makin hebat dengan puncak pada minggu
kedua. setelah timbul ikterus, gejala menurun dan pemeriksaan laboratorium
tes fungsi hati abnormal.
3. Fase Penyembuhan
Fase ini ditandai dengan menurunnya kadar enzim aminotransferase.
pembesaran hati masih ada tetapi tidak terasa nyeri, pemeriksaan
laboratorium menjadi normal.
! Hepatitis Fulminan
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besar
mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir
dengan kematian. Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang
berat, tetapi pemeriksaan SGOT memberikan hasil yang tinggi pada pemeriksaan
fisik hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan
muntah yang hebat disertai gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria
dan uremia.
! Hepatitis Kronik
Kira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami Hepatitis B kronik.
Hepatitis ini terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan yang
mantap.
2.6. KELOMPOK RESIKO TINGGI TERKENA HEPATITIS B
Dalam epidemiologi Hapatitis B dikenal kelompok resiko tinggi yang lebih
sering terkena infeksi Virus B dibandingkan yang lain, yang termasuk kelompok
ini adalah :
1. lndividu yang karena profesi / pekerjaannya atau lingkungannya relatif lebih
sering ketularan, misal : petugas kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat,
bidan), petugas laboratorium, pengguna jarum suntik, wanita tuna susila, pria
homoseksual, supir, dukun bayi, bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi
hepatitis B.
2. Individu dengan kelainan sistem kekebalan selular, misal penderita hemofilia,
hemodialisa, leukemia limfositik, penderita sindroma Down dan penderita
yang mendapat terapi imunosupresif.

Selasa, 06 April 2010

CYTOMAGALO VIRUS (CMV)

Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.

Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.

Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.

Virus Herpes Simplex

Herpes adalah infeksi virus pada kulit. Herpes Simplex Virus merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada manusia. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu Herpes Simplex Virus, Varizolla Zoster Virus (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr Virus (EBV), dan Human Herpes Virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi menjadi dua tipe, yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin (genital). Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus tersebut dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan munulnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab). Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet.
Hal tersebut harus diterapi Acyclovir tujuannya adalah mencegah dan mengobati infeksi Herpes Simplex Virus (HSV), menyembuhkan gejala yang muncul, seperti kemerahan (eritema), gelembung - gelembung berisi cairan, keropeng atau kerak. Pengobatan yang baku untuk herpes ini adalah dengan acyclovir, valacyclovir, famcyclovir dan pencyclovir yang dapat diberikan dalam bentuk krim, pil atau secara intrevena (infus), bila berhasil apabila dimulai dalam tiga hari pertama setelah rasa nyeri mulai terasa.
Pengobatan Herpes Simplex Virus (HSV) yang berupa tablet 200 mg 5 kali sehari selama 5 hari dan untuk anak dibawah 2 tahun diberikan setengah doses dewasa. Pencegahan Herpes Simplex Virus (HSV) kambuhan 200 mg 4 kali sehari dalam 4 hari (obat tersebut tidak boleh digunakan oleh ibu hamil atau ibu menyusui) dikarenakan akan ada infeksi pada janin atau anaknya maka perlu resep dokter sendiri yang perlu ada tambahan obat bagi mereka.

Virus Herpes Zoster

Herpes Zoster Logo Acrobat Unduh versi PDF

Apa Herpes Zoster Itu?

Herpes zoster (Shingles) adalah suatu penyakit yang membuat sangat nyeri (rasa sakit yang amat sangat). Penyakit ini juga disebabkan oleh virus herpes yang juga mengakibatkan cacar air (virus varisela zoster). Seperti virus herpes yang lain, virus varisela zoster mempunyai tahapan penularan awal (cacar air) yang diikuti oleh suatu tahapan tidak aktif. Kemudian, tanpa alasan virus ini jadi aktif kembali, menjadikan penyakit yang disebut sebagai herpes zoster.

Kurang lebih 20% orang yang pernah cacar air lambat laun akan mengembangkan herpes zoster. Keaktifan kembali virus ini kemungkinan akan terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Ini termasuk orang dengan penyakit HIV, dan orang di atas usia 50 tahun.

Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf. Kejangkitan herpes zoster dimulai dengan gatal, mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang berat pada daerah bentuk tali lebar di dada, punggung, atau hidung dan mata. Walaupun jarang, herpes zoster dapat menular pada saraf wajah dan mata. Ini dapat menyebabkan jangkitan di sekitar mulut, pada wajah, leher dan kulit kepala, dalam dan sekitar telinga, atau pada ujung hidung.

Jangkitan herpes zoster hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi tubuh. Setelah beberapa hari, ruam muncul pada daerah kulit yang berhubungan dengan saraf yang meradang. Lepuh kecil terbentuk, dan berisi cairan. Kemudian lepuh pecah dan berkeropang.

Jika lepuh digaruk, infeksi kulit dapat terjadi. Ini membutuhkan pengobatan dengan antibiotik dan mungkin menimbulkan bekas.

Biasanya, ruam hilang dalam beberapa minggu, tetapi kadang-kadang rasa nyeri yang berat dapat bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi ini disebut “neuralgia pascaherpes”.

Herpes Zoster dan HIV

Herpes zoster bukan infeksi yang menyebutkan kita AIDS.

Penelitian baru terhadap Odha menemukan bahwa angka herpes zoster tertinggi terjadi pada:

* laki-laki gay dan biseks
* orang di bawah usia 29 tahun
* orang dengan jumlah CD4 di bawah 500
* orang kulit putih

Herpes zoster dapat terjadi pada orang dengan HIV baru setelah mereka mulai memakai terapi antiretroviral (ART). Kasus herpes zoster ini kemungkinan diakibatkan pemulihan pada sistem kekebalan tubuh (lihat Lembaran Informasi 483).

Bagaimana Herpes Zoster Menular?

Herpes zoster hanya dapat terjadi setelah kita mengalami cacar air. Jika orang yang sudah menderita cacar air berhubungan dengan cairan dari lepuh herpes zoster, kita tidak dapat ‘tertular’ herpes zoster. Namun, kita yang belum menderita cacar air dapat terinfeksi herpes zoster dan mengembangkan cacar air. Jadi kita yang belum terinfeksi harus menghindari hubungan dengan ruam herpes zoster atau dengan bahan yang mungkin sudah menyentuh ruam atau lepuh herpes zoster.

Bagaimana Herpes Zoster Diobati?

Perawatan setempat untuk herpes zoster sebaiknya termasuk membersihkan lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap kering. Gentian violet dapat dioleskan pada luka.

Beberapa jenis obat dipakai untuk mengobati herpes zoster. Obat ini termasuk obat antiherpes, dan beberapa jenis obat penawar nyeri.

Obat antiherpes: Pengobatan baku untuk herpes zoster adalah dengan asiklovir, yang dapat diberikan dalam bentuk pil atau secara intravena (infus) untuk kasus yang lebih berat.

Baru-baru ini, dua obat baru telah disetujui untuk pengobatan herpes zoster: famsiklovir dan valasiklovir yang diminum tiga kali sehari, dibanding dengan asiklovir yang diminum lima kali sehari. Semua obat ini paling berhasil apabila dimulai dalam tiga hari pertama setelah rasa nyeri herpes zoster mulai terasa.

Penghambat saraf (nerve blockers): Dokter sering meresepkan berbagai obat penawar nyeri untuk orang dengan herpes zoster. Karena rasa nyeri herpes zoster dapat begitu hebat, peneliti mencari cara untuk menghambat rasa nyeri tersebut. Suntikan obat bius dan/atau steroid sedang diteliti sebagai penghambat saraf. Obat tersebut dapat disuntikkan pada saraf perifer atau pada sumsum tulang belakang (susunan saraf pusat).

Pengobatan kulit: Beberapa jenis krim, gel dan semprotan sedang diteliti. Obat ini memberi keringanan sementara pada rasa sakit. Capsaicin, senyawa kimia yang membuat cabe pedas, tampaknya berhasil baik. Tambahannya, pada 1999, obat bius lidokain dalam bentuk tempelan disetujui di AS. Tempelan ini, dengan nama merek Lidoderm, meringankan rasa nyeri pada beberapa orang dengan herpes zoster. Karena dioleskan pada kulit, risiko efek samping obat ini lebih rendah dibanding dengan obat penawar nyeri dengan bentuk pil.

Obat penawar nyeri lain: Beberapa obat yang biasanya dipakai untuk mengobati depresi, epilepsi dan rasa sakit yang berat kadang kala dipakai untuk nyeri herpes zoster. Obat tersebut dapat menimbulkan berbagai efek samping. Nortriptilin adalah obat antidepresi yang paling umum dipakai untuk nyeri herpes zoster. Pregabalin adalah obat antiepilepsi yang juga dipakai untuk rasa nyeri setelah herpes zoster.

Dapatkah Herpes Zoster Dicegah?

Saat ini, belum ada cara untuk meramalkan jangkitan herpes zoster.

Ada penelitian yang menunjukkan bahwa dengan vaksinasi orang yang lebih tua dengan vaksin cacar air yang lebih kuat daripada yang biasa dipakai untuk anak dapat meningkatkan jenis kekebalan yang dianggap perlu untuk melawan virus. Para peneliti berharap peningkatan kekebalan ini akan mengurangi risiko herpes zoster pada kehidupan selanjutnya.

Zostavaks, sebuah vaksin terhadap herpes zoster, sudah disetujui di AS. Namun vaksin ini belum diuji coba pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah, termasuk Odha.

Garis Dasar

Herpes zoster adalah penyakit yang tidak dapat diramalkan dan membuat sangat nyeri. Penyakit ini disebabkan virus yang menjadi aktif kembali setelah pernah mengakibatkan cacar air. Walaupun tidak secara langsung dikaitkan dengan HIV, herpes zoster tampaknya lebih sering terjadi pada Odha.

Walaupun herpes zoster dapat hilang dalam beberapa minggu, rasa nyeri yang berat dapat berlanjut selama beberapa bulan.

Vaksin terhadap herpes zoster telah disetujui di AS, tetapi vaksin ini belum diuji coba pada Odha.

Penyakit ini diobati dengan asiklovir, diminum lima kali sehari, atau pada kasus yang berat diberikan lewat infus. Dua obat yang lebih baru, famsiklovir dan valasiklovir, kelihatan lebih efektif terhadap rasa nyeri yang timbul akibat herpes zoster, dan hanya perlu diminum tiga kali sehari.

Bisa jadi sangat sulit menahan rasa nyeri akibat herpes zoster. Suatu pengobatan baru adalah tempelan obat bius yang dapat ditempelkan langsung pada kulit.

Rotavirus

Tentang Rotavirus

Almost all kids have had a rotavirus infection by the time they're 5 years old. Hampir semua anak memiliki infeksi rotavirus pada saat mereka berusia 5 tahun. Rotavirus is one of the most common causes of diarrhea , and severe infection (rotavirus gastroenteritis) is the leading cause of severe, dehydrating diarrhea in infants and young children. Rotavirus adalah salah satu penyebab umum dari diare , dan infeksi berat (rotavirus gastroenteritis) adalah penyebab utama parah, dehidrasi diare pada bayi dan anak-anak muda.

Rotavirus infections are responsible for approximately 3 million cases of diarrhea and 55,000 hospitalizations for diarrhea and dehydration in children under 5 years old each year in the United States. infeksi Rotavirus bertanggung jawab untuk sekitar 3 juta kasus diare dan 55.000 rumah sakit untuk diare dan dehidrasi pada anak di bawah 5 tahun setiap tahun di Amerika Serikat.

Although these infections cause relatively few US deaths, diarrhea caused by rotavirus causes more than half a million deaths worldwide every year. Meskipun infeksi ini menyebabkan kematian relatif sedikit US, diare disebabkan oleh rotavirus menyebabkan lebih dari setengah juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. This is especially true in developing countries, where nutrition and health care are not optimal. Hal ini terutama terjadi di negara-negara berkembang, di mana gizi dan perawatan kesehatan tidak optimal.

button digestive
Signs and Symptoms Tanda dan Gejala

Kids with a rotavirus infection have fever , nausea, and vomiting , often followed by abdominal cramps and frequent, watery diarrhea. Anak-anak dengan infeksi rotavirus telah demam , mual dan muntah , sering diikuti dan sering kram perut, diare berair. Kids may also have a cough and runny nose. Anak-anak juga mungkin memiliki batuk dan hidung meler. As with all viruses, though, some rotavirus infections cause few or no symptoms, especially in adults. Seperti semua virus, meskipun, beberapa infeksi rotavirus menyebabkan sedikit atau tanpa gejala, terutama pada orang dewasa.

Sometimes the diarrhea that accompanies a rotavirus infection is so severe that it can quickly lead to dehydration. Kadang-kadang diare yang menyertai infeksi rotavirus begitu parah sehingga dengan cepat dapat menyebabkan dehidrasi. Signs of dehydration include: thirst, irritability, restlessness, lethargy, sunken eyes, a dry mouth and tongue, dry skin, fewer trips to the bathroom to urinate, and (in infants) a dry diaper for several hours. Tanda-tanda dehidrasi meliputi: haus, lekas marah, gelisah, kelesuan, mata cekung, mulut dan lidah kering, kulit kering, lebih sedikit perjalanan ke kamar mandi untuk buang air kecil, dan (pada bayi) popok kering selama beberapa jam.
Contagiousness Contagiousness

In the United States, rotavirus infection outbreaks are common during the winter and spring months. Di Amerika Serikat, wabah infeksi rotavirus yang umum selama musim dingin dan bulan musim semi. It is particularly a problem in childcare centers and children's hospitals because rotavirus infection is very contagious. Hal ini terutama masalah di pusat-pusat penitipan anak dan rumah sakit anak-anak karena infeksi rotavirus sangat menular.

The virus passes in the stool of infected people before and after they have symptoms of the illness. Virus lewat di bangku orang yang terinfeksi sebelum dan setelah mereka memiliki gejala penyakit. Kids can become infected if they put their fingers in their mouths after touching something that has been contaminated. Anak-anak dapat terjangkit jika mereka memasukkan jari mereka di mulut mereka setelah menyentuh sesuatu yang telah terkontaminasi. Usually this happens when kids don't wash their hands often enough, especially before eating and after using the toilet. Biasanya ini terjadi ketika anak-anak tidak mencuci tangan mereka cukup sering, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.

People who care for children, including health care and childcare workers, also can spread the virus, especially if they don't wash their hands after changing diapers. Orang yang merawat anak-anak, termasuk perawatan kesehatan dan pekerja anak, juga dapat menyebarkan virus, terutama jika mereka tidak mencuci tangan mereka setelah mengganti popok.

Virus Rubella

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan.

Sejarah Epidemi

Sebelum dilakukan imunisasi massal mulai tahun 1969, di Amerika terjadi epidemi rubella tiap 6 – 9 tahun dengan epidemi terakhir pada tahun 1964 dengan perkiraan sebanyak lebih dari 20.000 kasus sindroma rubella kongenital dan 11.000 kasus keguguran. Insidens tertinggi adalah pada umur 5 – 9 tahun sebanyak 38,5 % dari kasus pada tahun 1966-1968. Meskipun insiden rubella turun sampai 99 % antara 1966-1968, 32 % dari semua kasus terjadi pada umur 15-29 tahun. Tanpa imunisasi, 10 % - 20% populasi di Amerika dicurigai terinfeksi rubella.

Tujuan imunisasi adalah eradikasi infeksi rubella kongenital. Jumlah kasus sindroma rubella kongenital yang dilaporkan turun sampai 99 % sejak tahun 1969. Setelah penurunan yang tajam dari insiden sindroma rubella kongenital, insiden mendatar sekitar 0.05 per 100.000 kelahiran hidup selama10 tahun terakhir karena infeksi rubella tetap berlanjut pada wanita usia subur. Bila semua wanita ini telah divaksinasi (idealnya) insiden sindroma rubella kongenital pasti akan turun sampai nol.

Penyebaran

Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam.
Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas.

Bayi- bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 – 50 %, dan dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian bayi - bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.


Gejala klinis


Gambaran klinis infeksi rubella serupa dengan penyakit lain dan kadang-kadang tidak tampak gejala dan tanda infeksi. Pada orang dewasa mula-mula terdapat gejala prodromal berupa malaise, mialgia dan sakit kepala. Pada anak-anak sering tidak diketahui gejala prodromal ini, atau apabila ada sangat minimal. Onset dari gejala prodromal sering dilaporkan dengan munculnya limfadenopati postaurikuler, yang biasanya dilanjutkan dengan munculnya ruam setelah 6-7 hari. Bercak-bercak berupa exanthema yang khas yaitu makulo papular yang sentrifugal mulai dari dada atas, abdomen kemudian ekstremitas yang akan menghilang dalam 3 hari. Kadang-kadang timbul arthralgia yang tergantung dari virulensi virus.

Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trimester I.. Mula-mula replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan menetap dalam kehidupan janin, dan mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga menimbulkan kecacatan atau kelainan yang lain.

Infeksi ibu pada trimester kedua juga dapat menyebabkan kelainan yang luas pada organ. Menetapnya virus dan dan interaksi antara virus dan sel di dalam uterus dapat menyebabkan kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti anemia hemolitika dengan hematopoiesis ekstra meduler, hepatitis, nefritis interstitial, ensefalitis, pankreatitis interstitial dan osteomielitis.


Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :

1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu :

a. Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi sebelum umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul.

b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal.

c. Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri.

d. Retardasi mental

dan beberapa kelainan lain antara lain:

e. Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )

f. Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain

2. Extended – sindroma rubella kongenital.. Meliputi cerebral palsy, retardasi mental, keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang, ikterus dan gangguan imunologi ( hipogamaglobulin ).

3. Delayed - sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, dan Diabetes Mellitus tipe-1, gangguan pada mata dan pendengaran yang baru muncul bertahun-tahun kemudian.


Diagnosis


Diagnosis infeksi rubella sangat sulit karena gejalanya yang tidak khas. Timbulnya ruam selama 2-3 hari dan adanya adenopati postaurikuler dapat sebagai diagnosis awal kecurigaan infeksi rubella, tetapi untuk diagnosis pastinya diperlukan konfirmasi serologi atau virologi. Virus rubella dapat ditemukan pada struktur jaringan yang dapat diambil dari hapusan orofaring, tetapi tindakan ini sulit dilakukan.


Antibodi rubella biasanya lebih dahulu muncul saat timbul ruam. Diagnosis rubella ditegakkan bila titer meningkat 4 kali saat fase akut, dan biasanya imunitas menetap lama. Apabila pasien diperiksa beberapa hari setelah timbul ruam, diagnosis dapat ditegakkan dengan analisis antibodi IgM anti rubella dengan menggunakan sistem ELISA. IgM spesifik rubella dapat terlihat 1 – 2 minggu setelah infeksi primer dan menetap selama 1 - 3 bulan. Adanya antibodi IgM menunjukkan adanya infeksi primer, tetapi bila negatif belum tentu tidak terinfeksi.


Diagnosis prenatal dilakukan dengan memeriksa adanya IgM dari darah janin melalui CVS ( chorionoc villus sampling ) atau kordosentesis. Konfirmasi infeksi fetus pada trimester I dilakukan dengan menemukan adanya antigen spesifik rubella dan RNA pada CVS. Metode ini adalah yang terbaik untuk isolasi virus pada hasil konsepsi.


Berdasarkan gejala klinik dan temuan serologi, sindroma rubella kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. CRS confirmed. Defek dan satu atau lebih tanda/ gejala berikut :

* Virus rubella yang dapat diisolasi.
* Adanya IgM spesifik rubella
* Menetapnya IgG spesifik rubella..


2. CRS compatible. Terdapat defek tetapi konfirmasi laboratorium tidak lengkap. Didapatkan 2 defek dari item a , atau masing-masing satu dari item a dan b.

a. Katarak dan/ atau glaukoma kongenital, penyakit jantung kongenital, tuli, retinopati.

1. Purpura, splenomegali, kuning, mikrosefali, retardasi mental, meningo ensefalitis, penyakit tulang radiolusen.


3. CRS possible. Defek klinis yang tidak memenuhi kriteria untuk CRS compatible.


4. CRI ( Congenital Rubella Infection ). Temuan serologi tanpa defek.


5. Stillbirths. Stillbirth yang disebabkan rubella maternal


6. Bukan CRS. Temuan hasil laboratorium tidak sesuai dengan CRS:


Tidak adanya antibodi rubella pada anak umur < 24 bulan dan pada ibu..

Kecepatan penurunan antibodi sesuai penurunan pasif dari antibodi didapat.


Pencegahan


Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup.

Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat berisiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.

Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus, sebaiknya ibu diterangkan tentang risiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.

Virus Morbili

Definisi
Penyakit Campak adalah satu penyakit berjangkit. Campak (Rubeola, Campak 9 hari) atau dikenal dengan sebutan Gabagen (dalam bahasa Jawa); atau Kerumut (dalam bahasa Banjar). Dalam istilah medisnya disebut juga dengan Morbili, Measles.
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit).
Penyebab
Penyebabnya virus morbili (paramiksovirus).
Virus ini terdapat dalam darah dan sekret (cairan) nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir.
Cara penularan melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili/campak.
Artinya, seseorang dapat tertular Campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau di mana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).

Virus Influenza


Influensa


* Influensa
* Virus
* Flu burung
* Flu babi
* Flu musiman
* Riset
* Vaksin
* Perawatan
* Pandemik

Influenza
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
TEM dari virus influensa, diperbesar kurang lebih 100.000 kali lipat.
ICD-10 J10., J11.
ICD-9 487
DiseasesDB 6791
MedlinePlus 000080
eMedicine med/1170 ped/3006
MeSH D007251

Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit menular burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influensa). Penyakit ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin dari si penderita. Pada manusia, gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.

Orthomyxoviridae

Klasifikasi virus
Kelas: Kelas V ((-)ssRNA)
Famili: Orthomyxoviridae
Genera

Influenzavirus A
Influenzavirus B
Influenzavirus C
Isavirus
Thogotovirus

Orthomyxoviridae adalah famili virus RNA yang meliputi lima genera: Influenzavirus A, Influenzavirus B, Influenzavirus C, Thogotovirus dan Isavirus. Tiga genera pertama dapat menyebabkan influenza pada vertebrata, termasuk burung (lihat juga flu burung), manusia dan mamalia lainnya. Isaviruses menginfeksi salmon; thogotoviruses menginfeksi vertebrata dan invertebrata, seperti nyamuk

Masa inkubasi

Masa penularan hingga terserang penyakit ini biasanya adalah 1 sampai 3 hari sejak kontak dengan hewan atau orang yang influensa.
Gejala
Karantina atau pengasingan

Penderita dianjurkan agar mengasingkan diri atau dikarantina agar tidak menularkan penyakit hingga mereka merasa lebih sehat.
Pencegahan

1. Sebagian besar virus influensa disebarkan melalui kontak langsung. Seseorang yang menutup bersin dengan tangan akan menyebarkan virus ke orang lain. Virus ini dapat hidup selama berjam-jam dan oleh karena itu cucilah tangan sesering mungkin dengan sabun
2. Minumlah yang banyak karena air berfungsi untuk membersihkan racun
3. Hiruplah udara segar secara teratur terutama ketika dalam cuaca sejuk
4. Cobalah bersantai agar anda dapat mengaktifkan sistem kekebalan tubuh karena dengan bersantai dapat membantu sistem kekebalan tubuh merespon terhadap virus influensa
5. Kaum lanjut usia atau mereka yang mengidap penyakit kronis dianjurkan diimunisasi. Namun perlu adanya alternatif lain dalam mengembangkan imunitas dalam tubuh sendiri, melalui makanan yang bergizi dan menjahui potensi-potensi yang menyebabkan influensa
6. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa dengan mengkonsumi 200 ml yoghurt rendah lemak per hari mampu mencegah 25% peluang terkena influensa dikarenakan yoghurt mengandung banyak laktobasilus[1]

Mutasi virus influensa

Virus influensa cepat sekali bermutasi, sehingga setiap kali para ahli virus harus berusaha menemukan penangkal yang baru. Wabah flu terbesar pertama adalah pandemi flu spanyol (1918). Beberapa tahun yang lalu kita mengenal flu Hong Kong dan pada tahun 2005 merebak flu burung. Semua ini menunjukkan betapa sulitnya usaha penangkalan terhadap penyakit ini.